Sabtu, 21 Mei 2016

makalah sistem koloid



            BAB I
            PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam bentuk produk-produk maupun dalam keadaan terlihat yang biasa dijumpai. Seperti produk sabun, dan produk aerosol atau yang sering kali kita lihat seperi udara yang berdebu, kabut, dan lain sebagainya.
Sistem Koloid adalah campuran hampir homogen antara fase terdispensi dan fase pendispersi. Campuran ini hampir homogen, artinya campuran dua zat hampir menyatu dan sulit dibedakan. Fase terdispensinya bukan dalam bentuk molekuler (bukan setiap molekul tersebar). Akan tetapi, gabungan dari beberapa molekul. Jika diambil contoh zat terdispensi air, sistem koloid merupakan dispensi padatan (gabungan dari molekul) yang tersebar dalam medium pendispersi. Hanya saja partikel padatan yang terdispersi ini kecil sehingga tidak bisa dibedakan mana fase terdispensi dan mana fase pendispersi.
Pada dasarnya setiap konsep dan penerapan serta perlakuan melalui praktek kimia membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan di bahas mengenai campuran yang secara khusus yakni campuran koloid. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi ( larutan kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dengan sifat larutan dan suspensi. Keadaan bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dan dapat di buat dalam keadaan koloid.
Sistem Koloid terdiri dari atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendespersikan disebut medium dispersi. Fase terdespersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium despersi bersifat kontinu.
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem koloid.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu koloid ?
2.      Apa yang dimaksud dengan system koloid?
3.      Apa saja jenis-jenis koloid ?
4.      Apa saja sifat-sifat koloid ?
5.      Bagaimana cara membuat koloid ?
6.      Bagaimana cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak dibutuhkan ?
7.      Bagaimana penggunaan koloid dan Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari ?
C.  Tujuan makalah
1.      Menjelaskan pengertian koloid ?
2.      Menjelaskan  yang dimaksud dengan system koloid?
3.      Menjelaskan jenis-jenis koloid ?
4.      Menjelaskan sifat-sifat koloid ?
5.      Menjelaskan cara membuat koloid ?
6.      Menjelaskan cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak dibutuhkan ?
7.      Menjelaskan penggunaan koloid dan contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari ?
D. Manfaat makalah
1.                  Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Fisik III
2.                  Untuk menambah wawasan dan pengetahuaan tentang sistem koloid


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Koloid merupakan dispersi partikel kecil dari satu material ke dalam material lain.  Berukuran kecil artinya bahwa diameternya kurang dari 500 nm (sekitar panjang gelombang sinar).  Secara umum, partikel itu merupakan kumpulan dari sejumlah atom atau molekul tetapi terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop optik biasa.  Partikel ini melewati kertas saring tetapi dapat dideteksi dengan hamburan sinar, sedimentasi dan osmosis.  Proses pada permukan menentukan kebanyakan aspek kehidupan sehari-hari termasuk kehidupan itu sendiri.  Bahkan jika kita membatasi perhatian kita pada permukaan zat padat saja, pentingnya proses itu hampir tidak berkurang.  Proses pada permukaan padat menentukan kelangsungan hidup industri, baik yang konstruktif seperti dalam katalis maupun yang destruktif seperti dalam korosi. . Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll. 
B. Pengertian system koloid
Sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
Bila kita melarutkan suatu zat ke dalam suatu pelarut, maka kita akan mendapatkan bermacam-macam sistem, tergantung dari besarnya diameter partkel yang dialarutkan. Walaupun demikian kita dapat membagi sistem ini menjadi tiga jenis yaitu:
a)      Larutan sejatu atau dispers molekuler, bila diameter partikelnya lebih kecil dari 1mm, misalnya larutan gula, garam, dan sebaginya
b)      Larutan kolid atau dispers halus, bila diameter partikelnya terletak antara 1mm-100mm, misalnya sol emas, sol AgCl, larutan makromolekul, dan sebagainya.
c)      Dispers kasar, bila diameter partikelnya lebih besar dari 100mm
Campuran dua macam zat, dimana zat  yang satu terbagi halus dalam zat lain, disebut sistem dispers. Sistem dipers terdidri atas fase dispers dan medium dispers.
Ciri-ciri sistem koloid sebagai berikut :
a.              Sistem koloid mempunyai ukuran partikel 10-7 – 10-5 cm.
b.             Partikelnya dapat dilihat dengan mikroskop ultra.
c.              Partikel koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa, tetapi dapat disaring menggunakan kertas perkamen.
d.             Koloid tahan lama.
e.              Koloid akan terakugulasi apabila ditambah larutan.
f.              Koloid mempunyai sifat elektrolit.
g.             Koloid termasuk campuran homogen.
C. Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
            Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih.
1.         Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat.
2.         Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.
3.         Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.
4.         Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis
Sedangkan pada fase pendispersi adalah gel
1. KOLOID SOL
Sol adalah dioers koloid zat padat, cair atau gas. Dari ini yang terpenting adalah sol zat padat dalam zat cair dan dalam bagian ini hanya akan dibicarakan hal tersebut. Sol dibagi berdasarkan dispers mediumnya air, alkoholbila mediumnya alkohol.
Sol disebut liofilik bila partikel-partikelnya menarik pelarit dan disebut liofobik bila tidak menarik pelarut. Bila pelarutnya air, disebut hidrofilik, misalnya oksidasi-oksidasi, pati dan protein dalam air. Bila pelarutnya air dan partikel koloid tidak menarik air, disebut hidrofobik, misalnya sol logam, garam BaSO4, AgCl dan sebagainya didalam air.
Pembuatan
Sol hidrofobik dibuat dengan dua cara yaitu cara dispers dan cara kondensasi. Pada cara dispers, partikel-partikel besar dipecah, hingga menjadi ukuran koloid. Sebaliknya pada cara kondensasi, ion –ion atau molekul digabungkan menjadi partikel dengan ukuran koloid.
1. Cara dispers.
a.       Disintegrasi mekanis
Pada cara ini zat yang bersangkuta ditumbuk dan dihaluskan dalam colloid mill  ,misalnya pada pembuatan semen, pigmen cat, tepung dan sebagainya.
b.      Disentigrasi Listrik
Cara ini dilakukan dalam sel elektrolid, katoda berupa logam yang akan dibuat koloid. Larutan berupa NaOH dan dipakai arus dengan rapat arus yang besar. Akibat elektrolisis, Na akan terbentuk dikatode dan dengan logam yang ada terjadi alliage. Air yang ada bereaksi dengan alliage ini dan akibat reaksi logam katode akan terlarut dengan ukuran koloid.
c.       Peptisasi
Peptisasi ialah pelaritan kembali suatu endapan. Endapan-endapan seperti AgCl atau BaSO4 akan terlarut dalam bentuk koloid, bila ditambahkan elektrolit tertentu.
2. Cara Kondensasi
a.       Proses Bunga Api
Arus dengan frekuensi tinggi dialirkan melalui dua elektrode logam, yang dimasukkan dalam pelarut yang cocol. Akibat bunga api lostrik, logam akan menguap dan mengembun dalam larutan sebagai koloid.
b.      Reaksi dalam larutan
Ø  Reaksi garam-garam logam dengan basa :
Fe3+ +  3 OH- ®Fe (OH)3  koloid
Ø  Reaksi pengendapan garam yang encer.
Ag+ + Cl-  ® AgCl  (koloid)
Ø  Reaksi reduksi
c.       Penggantian pelarut
Suatu larutan ditambahkan kedalam larutan yang berisi zat terarut yang akan dibuat koid. Zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang ditambahkan, sedangkan kedua pelarut harus dapaat bercampur sempurna.
Pemurnian sol dari ion yang ada dapat dilakukan dengan filtrasi ultra atau dialisis.Filtrasi yaitu proses pemisahan partikel koloid dari pelarut dan zat terlarut yang asa dengan filter yang dibuat khusus yang permeabel terhadap semua larutan zat dalam larutan tetapi menahan partikel-partikel koloid.
Dialisis adalah proses pengambilan zat terlarut dari larutan koloid dengan cara diffusi melalui membrane(kolodinon,selofan,nitro-selulosa atau selaput bintang) yang cocok. Dialisis dapat dipercepat dengan elektrodialisis.
2. KOLOID EMULSI
Emulsi ialah dispers koloid cairan satu dalam cairan lainnya. Emulsi adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan yang tidak dapat bercampur (mis : minyak dalam air) fase yang tidak bercampur akan segera memisah. Untuk menjaga agar emulsi tersebut stabil, perlu ditambahkan zat ketiga yang disebut emulgator atau zat pengermulsi. Contoh emulgaltor : galatin, kuning telur, kanji, madu alam, dsb. sayrat emulgaltor adalah molekul-molekulnya mempunyai afinitas terhadap kedua cairan yang membentuk emulsi. Daya afinitasnya harus parsial atau tidak sama terhadap kedua cairan tersebut. Salah satu ujung emulgaltor larut dalam cairan yang satu, sedangkan ujung yang lain hanya membentuk lapisan tipis  disekeliling atau diatas permukaan cairan yang lain.
3. Koloid Buih
Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
a. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
o  Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena: pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda,
o  terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar,
o  rusaknya film antara dua gelembung gas.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Contoh buih cair:
Ø  Buih hasil kocokan putih telur
Karena audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untukmembentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.
Ø  Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut.
b. Buih Padat
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padatyang mungkin kita ketahui:
·           Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
·           Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung
·           Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi polistirena.
4. Gel atau Jeli
Gel adalah sistem koloid yang fase terdispersinya berupa cairan, medium pendispersinya berupa zat padat. Pada umumnya terjadi dari sol liofil (hidrofil) yang fase terdispersinya mempunyai kemampuaan sangat kuat untuk menarik medium pendispersinya. Berdasarkan sifatnya, gel dibedakan menjadi dua macam yaitu gel kenyal dan gel tidak kenyal.
D. Sifat-sifat Koloid
a.      Efek Tyndall
            Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
 Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
b.   Gerak Brown
            Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. ukuran partikel koloid dan semakin cepat kecepatan gerak partikel, semakin cepat gerak Brown terjadi.
 Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil
c. Absorpsi
Absorpsi  ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel. Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
d.   Muatan koloid
 Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
e.   Koagulasi koloid
 Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
f.    Koloid pelindung
            Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
g.   Dialisis
            Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis.
h.   Elektroforesis
 Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik
E. Pembuatan Koloid
Ada dua metode pembuatan sistem dispersi koloid,  yaitu metode kondensasi dan metode dispersi. Pada metode kondensasi, ion atau molekul digabungkan menjadi partikel besar berukuran koloid. Sebaliknya, pada metode dispersi, partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid dan kemudian didispersikan kedalam medium pendispersi.
Metode Kondensasi
Metode Kondensasi  dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia atau dengan cara penurunan kelarutan. Metode kondensasi dengan reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi reduksi, reaksi oksidasi, reaksi hidrolisis atau reaksi penggeseran lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan cara penurunan kelarutan.
            Sol dari logam seperti sol emas atau sol perak biasanya dibuat dengan menambahkan persenyawaan logam tersebut dengan bahan-bahan pereduksi yang sesuai. Warna sol emas yang terbentuk bervariasi dengan ukuran partikel-partikelnya. Partikel yang paling kecil berwarna pink atau merah, sedangkan partikel-partikel yang lebih besar berwarna biru atau ungu.
2 HauCl4 + 3 H-C=O + 11 KOH ® 2 Au + 3 H-COOK + 8 KCl + 8H2O
HauCl4 + P + 3 H2O ® Au + H3PO3 + 4 HCl
Ag2O + H2 ® 2 Ag + H2O
Hidrolisis adalah reaksi yang banyak dipakai untuk membuat sol hidroksida. Sol hidroksida yang dibuat dengan cara hidrolisis antara Feri hidroksida, kromium hidroksida, dan alumunium hidroksida misalnya, dapat dibuat dengan menghidrolisis feri klorida atau feri sulfat.
FeCl3 + 3 H2O ® Fe (OH)3 + 3 HCl
Fe2(SO4)3 + 6 H2O ® 2 Fe (OH)3 + 2 H2SO4
Sol feri hidroksida yang terbentuk meruoakan sol sementara karena ion sulfat dan ion klorida yang terbentuk dapat menyebabkan sol tersebut mengendap. Ion sulfat lebih efektif dalam menyebabkan koagulasi dari pada ion klorida sehingga reaksi pertama lebih menguntungkan dibandingkan dengan reaksi kedua. Oleh karena itu, elektrolit-elektrolit pengganggu tersebut harus segera dipisahkan.`
            Sol belerang dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain dengan cara oksidsi. Pada oksidasi larutan hidrogen sulfida dengan larutan perioksida akan terbentuk sol belerang dan air.
H2S + H2O2 ® 2 H2O + S
            Dalam pembentukan koloid perlu dihindari adanya elektrolid dalam media dispersi atau kalaupun terpaksa, kadar elektrolit diusahakan seminimal mungkin. Oleh karena itu, harus diperhatikan pemilihan bahan-bahan yang dipakai untuk pembentuka koloid. Arsen trisulfida dapat diperoleh dengan mereaksikan larutan arsen triklorida atau larutan arsen  trioksida dengan larutan hidrogen sulfida.
Metode Dispersi
pembuatan koloid dengan menggunakan metode dispersi dapat dilakukan secara mekanik, dengan listrik, dan peptisasi.
            Secara sederahana, koloid dapat dibuat dengan cara menggiling atau menumbuk butir-butir kasar menjadi butir-butir halus berukuran koloid, kemudian butir-butir halus yang terbentuk inidi didispersikan kedalam medium pendispersi.
            Cara pemecahan partikel semacam ini disebut cara mekanik. Cara lucutan busur listrik (cara busur bredig) dipakai untuk membuat koloid logam. Kawat logam mulia dijadikan sol, di gunakan sebagai elektroda dan dimasukan kedalam medium pendispersi. Temperatur yang tinggi akan mengakibatkan sebagian elektroda pecah menjadi partikel yang halus dalam bentuk uap, kemudian masuk kedalam medium pendispersi sehinggaterbentuk koloid logam.
            Peptisasi adalah suatu proses menyebarkan suatu zat yang tidak dapat larut kedalam suatu cairan dalam bentuk koloid. Partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid dengan penambahan zat pemeptisasi. Dapat digunakan suatu pelarut campuran pelarut, elektrolit, atau non-elektrolit. Air digunakan sebagai zat peptisasi gelatin, tanin, agar-agar. Bensin adalah zat peptisasi karet, sedangkan aseton adalah zat peptisasi untuk nitro selulosa.
            Adanya ion sejenis dengan konsentrasi yang tidak terlalu besar dapat mempermudah peptisasiendapan yang memiliki butur-butir kasar.
F. Pemurniaan Koloid
Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:
1. Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Pada proses dialisis oleh tomas graham (1861) silender yang telah diisi dengan larutan koloid dimasukan kedalam tempat yang berisi air. Hasil dialisis akan meningkat apabila permukaan membran dialisator semakin luas, suhu semakin naik serta perbedaan konsentrasi cairan didalam dan diluar membran dialisator semakin besar. Agar permukaan membran dialisator semakin luas, digunakan kantong dari hewan yang bersifat semi permeabel. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.
2.  Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. proses dialisis mengunakan bantuaan medan listrik dalam benjana yang akan mempercepat perembesan ion-ion dari dalam kantong. Ion-ion positif dalam kantong berdifusi melalui membran menuju elektroda negatif (katoda) dan sebaliknya.Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid.
Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
3. Penyaring Ultra
Penyaring ultra adalah penyaring yang memiliki pori-pori yang sangat halus atau membran dengan ruang renik yang besarnya tertentu sehingga tidak dapat dilalui oleh partikel koloid, tetapi dapat dilalui oleh ion-ion atau partikel molehkuler larutan. Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra. Proses penyaringan, dapat juga digunakan pompa penghisap atau dengan pemberiaan elektroda dari sumber arus listrik.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
G. Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
  Jenis industri Contoh aplikasi
   Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :
1.   Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2.   Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3.   Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+   +   3H2O     à    Al(OH)3   +      3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.        Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
2.        Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).
3.        Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih. Sedangkan fase pendepersinya adalah gel
4.        Koloid mempunyai beberapa sifat diantaranya:
·               Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
·               Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
·               Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
·               Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
·               Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
·               Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit  akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
5.        Ada dua metode pembuatan sistem dispersi koloid,  yaitu metode kondensasi dan metode dispersi. Pada metode kondensasi, ion atau molekul digabungkan menjadi partikel besar berukuran koloid. Sebaliknya, pada metode dispersi, partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid dan kemudian didispersikan kedalam medium pendispersi.
6.        Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu: Dialisis, Elektrodialisis, dan Penyaring Ultra.
7.        Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bidang industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita.


DAFTAR PUSTAKA
Anastasya.2015. makalah sistem koloid (kimia). http://anastasyaayuwulandewi.blogspot.co.id/2015/04/makalah-sistem-koloid-kimia.html. Diakses pada tanggal 03 january 2016.
Anonim. 2013. Materi tentang koloid. http://leleksblog.blogspot.co.id/2013/10/materi-tentang-koloid-penyusunan.html. Diakses pada tanggal 03 january 2016.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Iska. 2014. Makalah koloid lengkap. http://iskabere.blogspot.co.id/2014/05/makalah-koloid-lengkap.html. Diakses pada tanggal 03 january 2016
Kusnawati, Tine Maria, dkk. 2005. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
Prof. Dr. Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Yudhistira. Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar